Meretas karir dari lajur paling bawah, untuk kemudian menapak secara pasti menuju jabatan puncak dalam sebuah organisasi bisnis, barangkali merupakan sejumput angan bagi sebagian besar orang. Sementara sebagian yang lain mungkin akan memilih berkarir sebagai wirausaha : mencoba berjuang untuk membangun nasib diatas kaki sendiri. Yang lainnya lagi mungkin memilih berkarir sebagai independent professional semacam menjadi arsitek, dokter spesialis, atau konsultan manajemen; meraih nafkah atas dasar keahlian spesifik yang dimilikinya.
Apapun pilihan yang akan dan telah kita ambil, pilihan ini mestinya selalu dibangun atas dasar perencanaan yang solid dan ketekunan untuk meraih sukses didalamnya. Dalam kaitannya dengan pilihan karir ini, mungkin kita bisa menengok pada apa yang disebut sebagai occupational interest atau kecenderungan kita untuk lebih menyukai satu jenis karir/pekerjaan/posisi tertentu. Preferensi ini lazimnya dipengaruhi oleh kepribadian (personality) kita, dan juga pengaruh lingkungan disekitar kita. Sebagai misal, anak yang dibesarkan oleh keluarga yang punya tradisi saudagar cenderung akan memilih berkarir sebagai wirausaha. Atau misal lain, sesorang yang punya kepribadian outgoing (suka bergaul), dinamis, dan variatif punya kecenderungan untuk memilih karir di dunia pemasaran atau public relations.
Lalu, bagaimana kita mengetahui minat karir ini secara lebih spesifik? Kita bisa mengetahuinya dari asemen kepribadian dengan instrumen semacam MBTI (ulasan saya mengenai MBTI bisa dibaca disini). Dari instrumen ini, kita bisa memiliki semacam potret diri yang akan membantu kita dalam menentukan jenis karir yang paling tepat bagi diri kita.
Idealnya adalah jika pilihan karir yang kita ambil benar-benar sesuai dengan occupational interest yang kita miliki. Dengan begitu, kita punya kesempatan untuk menjadi orang yang love what we do atau individu yang amat mencintai pekerjaannya. Sebab kita tahu, orang-orang yang mencintai karir yang diambilnya cenderung akan jauh lebih produktif dan sukses. Jika Anda memiliki passion atau kegairahan dengan apa yang sedang Anda tekuni saat ini, percayalah, masa depan yang penuh prestasi akan membentang dalam sekujur perjalanan hidup Anda.
Sebaliknya, jika Anda merasa jenuh, bosan dan hanya sekedar masuk kantor demi sesuap nasi, maka mungkin Anda tengah terperangkap dalam career crisis. Inilah fase ketika seseorang yang sudah cukup mapan dengan pekerjaannya merasa “gamang” dengan pilihan karir yang diambilnya. Secarik kegamangan yang dipicu oleh perasaan “tidak puas” terhadap kondisi kehidupan karirnya saat ini. Disana menghinggap sejenis keletihan terhadap beban rutinitas pekerjaan yang kian membuncah. Disana pula bara motivasi untuk mempersembahkan prestasi terbaik kian meredup disapu kejenuhan yang makin memuncak. Pelan-pelan spirit hidup Anda kian terpojok dalam hiruk pikuk kehidupan yang kian bising dan penuh kegaduhan. — duh Gusti, kenapa hidup jadi susah begini ? —
Jika Anda berada pada situasi semacam diatas, mungkin kini saatnya untuk melakukan proses self-transformation : berhenti sejenak, melakukan kontemplasi, merumuskan kembali arah kehidupan, lalu merajut keputusan substansial tentang pilihan kehidupan karir Anda di masa mendatang. Harapannya dengan proses ini, perjalanan hidup dan karir Anda akan menjadi lebih inspiratif dan menggairahkan.
Pada akhirnya, apapun keputusan karir yang Anda ambil, mestinya itu selalu dibarengi dengan sebuah komitmen yang kuat untuk menjalaninya dengan penuh kesungguhan. Juga mesti dipayungi dengan nyala semangat dan dedikasi seorang profesional sejati.

0 komentar: